Apa Itu Downtime? dan Apa Penyebabnya?

 

Apa kamu berlangganan WiFi dan sempat tidak bisa mengaksesnya sama sekali? Bisa jadi, itu adalah downtime. Downtime bisa dibilang merugikan banyak pihak, termasuk penyedia server, klien, dan pelanggan. Oleh karenanya, berbagai perusahaan selalu berusaha agar persentase downtime mereka sangatlah kecil. Dengan demikian, kepercayaan klien dan masyarakat terhadap mereka pun meningkat. Sebenarnya, apa itu downtime dan apa penyebabnya?

Apa Itu Downtime?

Downtime adalah istilah subjektif tetapi pada definisi yang paling dasar yang merupakan kebalikan dari uptime. Selama masa-masa awal internet, downtime biasanya berarti situs tidak dapat memberikan akses kepada pengguna. Saat ini, downtime lebih kompleks dari sekedar itu.

Sebagian besar menganggap situs down saat pengguna tidak dapat menyelesaikan tugas yang ingin mereka lakukan, misalnya situs web eCommerce down jika pengguna tidak dapat melakukan pembayaran dari keranjang belanja mereka. Jenis downtime ini memberatkan bagi sebagian besar pengguna.

Apa Penyebab Downtime?

Banyak hal yang dapat menyebabkan downtime. Sebagian besar berada dalam kendali penyedia, seperti maintenance. Berikut beberapa alasan situs mogok karena downtime, yaitu :

1. Kesalahan Manusia (Human Error)

Alasan umum untuk downtime adalah karena kesalahan yang dilakukan oleh seseorang atau seluruh tim. Perubahan kode tunggal dapat mempengaruhi komponen lain. Beberapa di antaranya tidak akan muncul selama uji regresi. Di lain waktu, sistem menjadi offline meski seharusnya tidak terjadi. Mungkin entri DNS memiliki pembaruan yang salah. Hal tersebut adalah beberapa contoh umum saja.

2. Kegagalan Peralatan (Equipment Failure)

Tidak peduli seberapa canggih suatu peralatan, suatu saat akan usang dan rusak setelah digunakan dalam jangka waktu yang lama. Terkadang, peralatan baru namun rusak bisa gagal tanpa peringatan apapun. Sebagian besar penyedia melakukan perawatan yang tepat dan redundansi hardware untuk mengurangi terjadinya kejadian semacam itu.

3. Serangan Berbahaya (Malicious Attacks)

Banyak perentas menggunakan keahlian untuk mengganggu bisnis kapanpun mereka bisa. Salah satu metode yang paling umum adalah serangan Distributed Denial-of-Service (DDoS). Serangan ini mencoba untuk mengalahkan server web host dengan permintaan berulang.

Ini datang secara bersamaan dari banyak lokasi berbeda dan akan membebani server target serta menurunkannya. Hal itu berarti permintaan yang sah tentunya diblokir dan tidak ada pengguna lain yang dapat mengakses situs.

4. Server Overload

Jika situs di hosting di server bersamaan oleh host, setiap kali ada lonjakan besar ke situs, host mungkin menangguhkan atau mengalihkan situs untuk melindungi situs lain. Demikian pula, jika situs lain di server menghadapi traffic yang padat, hal itu juga dapat mempengaruhi ketersediaan situs. Arus traffic web yang tidak terduga ini dapat merusak situs atau menonaktifkan sebagian besar fungsi situs jika host tidak mampu menanganinya.

Bagaimana Menghindari Downtime
Sebagian besar penyedia web host menggunakan redundansi untuk mencegah kerusakan situs karena downtime. Hal ini memastikan bahwa sistem backup ada saat pemadaman (an outage) terjadi. Mereka juga memiliki penyeimbang beban serta pusat data untuk membantu menjaga konsistensi kinerja. Berikut ini adalah beberapa cara menghindari downtime, yaitu :

1. Review Service Level Agreements dari Penyedia

Sebelum memilih penyedia perlu tahu apa yang akan didapatkan. Penting untuk mengetahui tentang tingkat dari guaranteed availability yang dapat dimiliki untuk sebuah situs

Mungkin tidak mendapatkan ketersediaan yang dibutuhkan jika vendor hanya dapat menawarkan 90% uptime SLA. Hal itu selalu lebih baik untuk menuntut uptime yang lebih tinggi. Setelah mendaftar, pastikan penyedia memenuhi tujuan tersebut secara konsisten.

2. Gunakan Highly-Scalable Hardware Architectures

Jika perlu proses yang cepat dan produktif saat online perlu memiliki sarana yang diperlukan untuk menskalakan pemrosesan data. Hardware harus memiliki load-balancing. Artinya, node alternatif dapat mulai menangani permintaan lain ketika node utama tidak tersedia apapun alasannya. Hal ini untuk memastikan bahwa sumber daya bisnis dapat memenuhi permintaan pengguna.

Perlu mengingat bahwa downtime memiliki efek negatif bahkan ketika dijadwalkan karena hal itu masih mengganggu produktivitas. Oleh karena itu, menyeimbangkan beban dan menskalakan backend sangat bagus untuk menghindari downtime.

3. Mengadopsi Sistem yang Kuat dan Dinamis

Selalu lebih baik untuk memperhatikan skalabilitas saat mengoptimalkannya. Penting untuk menerapkan konsep solusi load-balancing dalam praktiknya. Hal tersebut berarti perlu memastikan bahwa server dapat menggantikan tempat lain jika server sebelumnya membutuhkan maintenance.

Ini perlu dilakukan dengan cara yang tentunya bisa memastikan tidak adanya kehilangan informasi penting. Perlu mendapatkan sistem yang dapat membantu untuk mempertahankan kecepatan yang konsisten dari alur kerja meskipun satu komponen hilang.

4. Mengembangkan dan Meningkatkan Rencana Recovery atas Suatu Hal Buruk atau Bencana

Mengembangkan rencana jika tidak memiliki apa-apa. Ingat, cakupan bencana dalam konteks ini sangat luas dan luas pula jangkauannya. Tentunya ini melampaui konsep sekedar kondisi cuaca, seperti banjir atau gempa bumi.

Komentar

Postingan Populer